Selasa, 30 Ogos 2011

Tadbir mimpi - Bunga Kering Sigmund Freud


Bunga Kering Sigmund Freud

April 20, 2008
By Haris Firdaus

Suatu hari, Sigmund Freud bermimpi ia baru saja menyelesaikan sebuah buku mengenai tanaman tertentu. Dalam mimpinya, buku yang baru saja selesai itu tergeletak di hadapannya. Pada saat yang sama, ia membuka sebuah koleksi tanaman kering.
Sampai pada kejadian itu, seingat Freud—seperti yang kemudian diabadikannya dalam sebuah catatan—mimpinya berhenti.
Selaiknya orang biasa, Freud juga bertanya-tanya tentang makna mimpi itu. Tapi rasa penasaran itu tak ia hilangkan dengan mendatangi ahli tafsir mimpi. Ia kemudian melakukan perenungan atas mimpinya sendiri. Dalam perenungannya itulah Freud membiarkan pikirannya menelusuri relung-relung masa silamnya yang ia anggap berhubungan dengan unsur-unsur dalam mimpinya.
Ia kemudian menemukan “sesuatu”. Melalui perenungan atas mimpinya, Freud lalu menghubungkan “tanaman” dalam mimpinya dengan “bunga”. Adapun “tanaman kering” yang juga dijumpainya di mimpi tersebut ia hubungkan dengan “bunga kering”. Setelah penghubungan macam itu, ia kemudian mengenang hubungannya dengan orang-orang yang memengaruhi hidupnya di masa silam: istrinya, profesornya, dan lain sebagainya.
Melalui pengembaraan dan tafsir atas mimpi itu, Freud konon mendapatkan sebuah tilikan yang mendalam mengenai dirinya sendiri. Erich Fromm, salah satu penerus sekaligus kritikus Freud, di kemudian hari mengatakan bahwa secara ironis mimpi itu merupakan “gambaran diri” dari Freud sendiri.
Menurut Fromm, “bunga”—yang hadir dalam ingatan Freud—adalah lambang cinta, sukacita, dan persahabatan. Freud, kata Fromm, telah mengubah “bunga” itu menjadi “bunga kering” dalam artian mereduksi cinta dan persahabatan hanya menjadi naluri-naluri seksual yang bisa diteliti secara empiris.
Pendapat Fromm itu sangat mungkin mengacu pada sikap Freud tentang dorongan-dorongan seksual yang dianggapnya banyak memengaruhi tingkah laku manusia. Penemuan Freud tentang dorongan seksual itu adalah juga bagian dari psikoanalisa selain tentu saja pendiriannya tentang mimpi.
Khusus mengenai soal mimpi, kasus Freud dan mimpinya sendiri adalah kejadian penting dalam perkembangan pemahamannya tentang mimpi. Di kemudian hari, ilmuwan yang lahir pada 6 Mei 1856 ini bahkan berhasil mengembangkan sebuah “seni tafsir mimpi”. Fromm menyebut bahwa “seni” itu merupakan salah satu sumbangan terbesar Freud dalam ilmu-ilmu kemanusiaan.
Freud menganggap mimpi sebagai produk psiskis yang otomatis pasti merupakan perwujudan suatu konflik. Menurutnya, mimpi adalah pemenuhan hasrat-hasrat yang tak bisa dipuaskan dalam kenyataan sewaktu orang berjaga. Hasrat yang tak terpuaskan itu bisa jadi karena si individu melakukan represi atas hasrat tersebut. Dalam hal ini, mimpi adalah perwujudan pula dari hasrat yang mengalami represi.
Secara definitif, menurut Freud, mimpi adalah “cara berkedok untuk mewujudkan keinginan yang direpresi.” Dalam keadaan tidur, proses represi atas hasrat yang dipendam oleh individu menjadi kendor, biarpun itu tak berarti ia hilang sama sekali. Represi itu tetap ada dan itulah yang akhirnya menyebabkan hasrat atau keinginan terpendam tadi mencoba melakukan pelolosan diri dengan “menipu” sensor yang ada.
“Penipuan” itu terjadi dengan cara mengubah bentuk keinginan tersebut sehingga yang hadir dalam mimpi sebenarnya hanya merupakan “simbol” dari keinginan. Keinginan atau hasrat, karena masih tetap direpresi, tak bisa hadir dalam bentuk “aslinya”.
Dengan melakukan penyelidikan atas apa yang menyibukkan si pemimpi pada hari sebelumnya, analisa mimpi dapat mengartikan mimpi sebagai keinginan tak sadar yang muncul dalam kesadaran. Pada titik ini, mimpi tak lain daripada realisasi suatu keinginan.
***
Saya pernah berdiskusi dengan seorang kawan tentang pendapat Freud yang menganggap mimpi sebagai “pemenuhan hasrat-hasrat yang tak bisa dipuaskan dalam kenyataan sewaktu orang berjaga”. Kawan saya itu kemudian bertanya: “Bagaimana dengan mimpi buruk?” Bagi kawan saya, hasrat atau keinginan biasanya hanya berkorelasi dengan hal-hal yang positif sehingga hanya akan “tersimbolkan” melalui “mimpi indah” dan bukan mimpi buruk.
Tapi rupanya, Freud seperti sudah menyiapkan jawaban atas pertanyaan macam itu. Baginya, manusia tak hanya memiliki hasrat-hasrat yang “positif”. Manusia, ungkap Freud, juga memiliki hasrat sadistis dan masokhistis yang menghasilkan kecemasan. Nah, kecemasan itulah yang kemudian “disalurkan” menjadi sebuah mimpi buruk.
F. Budi Hardiman pernah mengatakan bahwa pendapat Freud tentang kepemilikan hasrat sadistis dan masokhistis oleh manusia itu bisa jadi akan mengherankan bagi kita yang tak mengenal psikoanalisa. Ya, jawaban Freud itu memang “mengherankan” bagi mereka yang tak tahu atau tak mengakui fenomena ketidaksadaran dalam diri manusia.
Menurut Budi Hardiman, Freud berhasil membuktikan bahwa manusia bukan hanya “hewan yang rasional” tapi juga sosok yang memiliki sisi gelap irrasional. Di balik segala pikiran terang yang dimiliki manusia, ada sisi gelap yang sama sekali tidak tersentuh rasio. Lebih ekstrem lagi, Freud berpendapat bahwa pikiran yang terang itu hanya merupakan kedok-kedok untuk menyembunyikan hasrat-hasrat naluriah yang irrasional.
Dalam kondisi ketidaksadaran itulah terletak hasrat-hasrat yang tak tercapai sekaligus yang direpresi. Dalam ketidaksadaran itu pula manusia menyembunyikan hasrat-hasrat yang bersifat sadistis atau masokhistis.
Ketidaksadaran dalam sosok manusia yang dikemukakan Freud adalah salah satu pokok penting psikoanalisa. Kalau “seni tafsir mimpi” dianggap Fromm sebagai salah satu sumbangan terbesar Freud terhadap ilmu-ilmu kemanusiaan, penemuan tentang fenomena ketidaksadaran dalam diri manusia dianggap Fromm sebagai “sumbangan paling besar” bagi umat manusia oleh Freud.
Fromm, menurut saya, tak berlebihan. Melalui penemuannya akan fenomena ketidaksadaran itu, Freud memang memberi kita pengertian yang jauh lebih jernih terhadap diri kita sendiri. Meski sebagian besar teorinya ia peruntukkan untuk para penderita neurosa, mereka yang “normal” pun tetap bisa memanfaatkan Freud guna kepentingan masing-masing

EMPTY CHAIR - GESTALT THERAPY


SABTU, DESEMBER 12, 2009


empty chair

EMPTY CHAIR
A. KONSEP
Empty chair merupakan salah satu teknik dari terapi gestalt yang dikembangkan oleh tokoh Frederick Fritz Perls. Empty chair merupakan teknik permainan peran di mana konseli memerankan dirinya sendiri dan peran orang lain dengan menggunakan kursi sebagai medianya.
Empty chair adalah suatu cara untuk mengajak konseli agar menginternalisasikan introyeksinya. Dalam teknik ini dua kursi diletakkan di tengah ruangan. Konselor meminta konseli untuk duduk di salah satu kursi dan berperan sebagai top dog, kemudian pindah ke kursi yang lainnya sebagai under dog. Top dog itu sifatnya sebagai otoriter, menuntut, berlaku sebagai majikan, berkuasa dan otoriter. Sedangkan peran under dog sendiri adalah sebagai korban, defensive, tak berdaya, lemah dan tak berkuasa.

B. ASUMSI DASAR
Empty chair ini mempunyai asuumsi dasar :
1. individu itu dapat mengatasi masalahnya sendiri dan memiliki kesanggupan untuk memikul tanggung jawab pribadi.
2. kesadaran dan totalitas adalah bagian penting dari diri, agar ia mengetahui keseimbangannya kemudian mencari dan menemukan apa yang diperlukan untuk memenuhi totalitas tersebut, individu harus menyadari dirinya sendiri

C. TUJUAN
Tujuan utama dari empty chair ini adalah untuk menyelesaikan konflik yang ada pada pribadi inidividu yang menggangggu totalitas kepribadiannya. Di samping itu ada tujuan lain dari teknik ini, diantaranya :
1. supaya terjadi katarsis dalam diri konseli
2. mengungkapkan perasaan yang terpendam
3. memperlancar komunikasi
4. membantu konseli mencapai kesadaran yang lebih penuh dan menginternalisasi konflik yang ada pada dirinya.
5. mengusahakan fungsi yang terpadu dan penerimaan atas aspek yang coba dibuang atau diingkari

D. KARAKTERISTIK
Empty chair sebagai salah satu teknik dari pendekatan Gestalt ini mempunyai karakteristik sebagai berikut :
1. orientasi pada afektif dan tindakan
2. menekankan pada kesadaran disini dan sekarang
3. penekanan proses daripada isi
4. menuntut keaktifan konseli dalam mengekspresikan perasaannya
5. fokus pada permainan dialog konseli yang menggambarkan dirinya dan tuntutan dari orang lain yang penting dalam hidupnya
6. pemusatan pada tanggung jawab konseli

E. RELEVANSI
Teknik ini relevan digunakan pada unfinished bussines di masa lalunya. Teknik ini juga sesuai untuk mengatasi hubungan social dalam lingkungan dari individu, baik dalam lingkungan keluarga, sekolah atau dalam lingkungan masyarakat, yang mencakup juga perasaan perasaan yang tidak terungkapkan seperti dendam, marah, benci, sakit hati, rasa berdosa, rasa terabaikan dan sebagainya.

F. PRINSIP DASAR
1. mengutamakan permaianan dialog yang diperankan oleh konseli sendiri
2. memerlukan kecakapan konselor sebagai frustator
3. mengungkap konflik antara top dog dan under dog
4. mensyaratkan konsentrasi




G. MANFAAT
Beberapa manfaat yang diperoleh dalam penggunaan Empthy chair ini adalah
1. membantu konseli agar mengerti perasaan dari sisi dirinya yang mungkin diingkari
2. untuk memahami unfinished bussines yang selama ini membebani dan menghambat kehidupan konseli secara sehat
3. menyelesaikan introyeksi yang tertunda
4. membantu konseli mengungkapkan perasaan-perasaan yang bertentangan dengan dirinya secara penuh

H. KENDALA
Beberapa kendala yang bisa menghambat proses penggunaan Empthy chair ini diantaranya :
1. konseli kurang mampu melibatkan emosinya saat konseling
2. konseli tidak jujur mengungkapkan perasaannya
3. lemahnya konsentrasi
4. minimnya kemampuan konselor yang berperan sebagai frustator

I. PROSEDUR APLIKASI
1. konseli diminta untuk mengidentifikasi kekurangan dan kelebihan yang ada pada diri konseli
2. konselor memberitahukan bagaimana aturan main dalam Empthy chair ini
3. konseli diminta agar ia benar benar bisa berperan sebagai top dog dan under dog
4. Jika konseli mengalami kesulitan dalam memainkan peran, maka konselor harus membantu koseli untuk menemukan perannya kembali
5. setelah permaianan peran berhasil dilaksanakan, konseli diminta untuk mendiagnosis perasaan perasaan yang dialaminya
6. mengevaluasi seberapa efektif akan keberhasilan dalam pengungkapan perasaan konseli.
http://hanacounseling.blogspot.com/2009/12/empty-chair.html

Selasa, 2 Ogos 2011

PENYELIAAN KAUNSELOR

PENYELIAAN KAUNSELOR – Satu Pengenalan


Apa itu penyeliaan ?
Penyeliaan boleh didefinisikan secara formal sebagai perhubungan antara seorang
ahli yang lebih berpengalaman (senior) dengan seorang ahli baru (junior) sesuatu
profesion. Perhubungan itu adalah (a) evaluatif, (b) berlaku dalam jangka waktu tertentu, (c) berkhidmat untuk mempertingkatkan kemahiran ahli baru, (d) memantau kualiti perkhidmatan yang ditawarkan oleh ahli baru itu, dan (e) bertindak sebagai pengawal pintu (gatekeeping) kepada profesion itu ( Bernard & Goodyear, 1992, 2004).

Kaedah Penyeliaan Kaunselor
Cara penyeliaan kaunselor adalah berbeza bergantung kepada objektif dan
matlamat iaitu dalam bentuk penyeliaan latihan makmal, praktikum dan internship.
Proses penyeliaan kaunselor pelatih berbeza mengikut objektif penyeliaan samaada
secara mikro atau makro. Proses penyeliaan yang berbentuk mikro lebih merupakan ciri
proses pengajaran dan pembelajaran. Ciri ini biasa digunapakai semasa penyeliaan
Peringkat 1 yang dikenal sebagai Latihan Makmal.

Ciri proses penyeliaan berbentuk makro pula lebih tertumpu kepada amalan
kaunseling yang luas apabila kaunselor pelatih mula diselia dalam konteks suasana
penyeliaan Peringkat 2 iaitu semasa Praktikum Kaunseling dan Peringkat 3 semasa
Internship Kaunseling. Pada Peringkat 4 penyeliaan lebih menumpukan kepada
penyeliaan kaunselor profesional.

Penyeliaan Semasa Latihan Makmal – Peringkat 1
Latihan kaunseling dalam makmal merupakan pendedahan awal bagi seorang
kaunselor pelatih mendapatkan pengalaman pembelajaran tentang kemahiran asas
kaunseling. Latihan kaunseling dalam makmal boleh dianggap sebahagian daripada
proses pengajaran dan pembelajaran mikro tentang penguasaaan kemahiran asas
kaunseling.
Dalam Peringkat 1 latihan kaunseling, penyeliaan memberi tumpuan kepada ciri
pengajaran mikro tentang kemahiran melayan dan mendengar serta teknik kaunseling.
Dalam proses intergrasi penyeliaan, penyelia dianggap sebagai seorang yang pakar dan
boleh menghasilkan tunjuk ajar atau demontrasi bagaimana kemahiran asas kaunseling
yang spesifik dapat dilakukan oleh kaunselor pelatih.
Penyelia bertanggungjawab untuk menyampaikan bimbingan kepada kaunselor
pelatih tentang penggunaan kemahiran melayan yang spesifik sesuai dengan orientasi
teori kaunseling yang dianuti kaunselor pelatih.Dalam latihan mikro , kaunselor pelatih
juga diajar mengenal pasti perbezaan perkembangan proses kaunseling dari permulaan
kemasukan sehingga tamat satu sesi kaunseling. Pembelajaran tentang pemeringkatan
proses kaunseling penting kerana ianya dapat menunjukan kepada kaunselor pelatih suatu
perkembangan yang dilalui oleh seorang kaunselor pelatih dengan kliennya dalam satu
sesi kaunseling.

Penyeliaan Praktikum Kaunseling – Peringkat 2
Praktikum kaunseling memberi peluang kepada kaunselor pelatih untuk
menerapkan segala kefahaman konseptual tentang teori serta kemahiran asas kaunseling
dan teknik kaunseling dalam ssuasana amali yang terkawal.
Amalan praktikum masih memerlukan pengawalan serta penyeliaan yang
rapi secara mikro.
Pendedahan kaunselor pelatih kepada suasana perhubungan menolong yang
terkawal ini dapat memberikan peluang menerapkan orientasi teori pendekatannya dan
berani membetulkan kelemahan yang mungkin dihadapi semasa menjalankan sesi
kaunseling.
Tindakan mengalihkan sesuatu yang dipelajari secara bentuk konseptual
kepada terapan secara tindakan nyata dalam proses kaunseling sering menjadi kerumitan
oleh kaunselor pelatih yang baru menceburi dalam alam kaunseling.

Penyeliaan Internship – Peringkat 3
Kaunselor pelatih semasa internship berpeluang melaksanakan sesi
kaunseling dengan klien sebenar dalam suasana alam pekerjaan profesional. Kaunselor
pelatih akan berhadapan dengan kebebasan autonomi tugasnya mengikut peraturan
organisasi di mana ia berkhidmat semasa internship.
Kaunselor pelatih mula belajar memikul tanggungjawab tugas sepertimana
rakan sekerja di tempat internshipnya dan dianggap sebahagian daripada kakitangan
organisasi tersebut.
Pemantauan penyeliaan internship lebih berbentuk makro.Penyelia akan
memantau secara keseluruhan tugas yang dijalankan oleh kaunselor pelatih, disamping
memberi penekanan kepada perkembangan personal kaunselor pelatih. Penekanan
perkembangan personal ini fokus kepada pergerakan kematangan pelatih ke atas
intergrasi pendekatan kaunselingnya serta kesedaran terhadap tanggungjawab perlakuan
profesional.
Dalam alam internship , kaunselor pelatih bertanggungjawab secara
langsung tentang perancangan dan perlaksanaan program kaunseling ditempat
perkhidmatannya. Penyelia wajar memahami misi serta tujuan organisasi dimana
kaunselor pelatih berkhidmat menjalankan internshipnya.
Perlakuan serta etika profesional penting diberi fokus dalam pencerapan
penyeliaan internship. Penyelia mesti sedar bahawa peranannya sebagai tenaga sumber
rujukan, perunding dan pakar secara langsung melibatkan dirinya dengan amalan prinsip
vicarious liability semasa perhubungan interaksi penyeliaan intership. Penyelia juga turut
menanggung sebahagian tanggungjawab ke atas perlakuan seorang kaunselor pelatih.
Jaminan paling asas dalam menjaga amalan kaunseling adalah proses
kaunseling teratur serta sistematik. Kaunselor pelatih wajar cekap dengan simpanan
rekod kaunselingnya.
Penyeliaan internship beranjak dari pengajar mikro kepada pencerapan
makro sealiran dengan kesinambungan terapan kompenen kemahiran asas kaunseling dan
teknik kaunseling.
Pentaksiran penyeliaan internship memberi tumpuan kepada keluwesan
di antara konseptualisasi kes kaunseling melalui diagnosis kaunseling dengan keserasian
strategi perancangan rawatan kaunseling serta perlaksanaan kaunseling keseluruhan.
Kaunselor pelatih ditarafkan sebagai seorang profesional dalam latihan
dan peranan percubaan ini selari untuk menentukan kewibawaannya sebagai seorang
profesional yang terlatih.

Penyeliaan Kaunselor Profesional – Peringkat 4
Akta Kaunselor 580 Undang- Undang Malaysia menyatakan semua
individu yang mengamalkan kaunseling wajib berdaftar dengan Lembaga Kaunselor
(Akta 580 Undang-Undang Malaysia,1998).
Pengawalan profesion kaunseling melalui akta tersebut memberi kuasa
keatas jaminan amalan terbaik profesion kaunseling di Malaysia. Pengawalan jaminan
amalan terbaik inilah yang wajar menjadi teras penyeliaan kaunselor profesional yang
mengamalkan khidmat kaunseling.
Sorotan kertaskerja Bengkel Latihan Penyeliaan Tahap II (Amali) Kaunselor Berdaftar
-Prof Dr. Othman Mohamed.

Maklumat Kaunseling Secara Am

Maklumat Kaunseling Secara Am



1. Kaunseling Sekolah
- Kaunseling kepada pelajar-pelajar yang menghadapi masalah disiplin,
tekanan rakan sebaya, kecewa cinta, gagal peperiksaan dan sebagainya.
- Pelajar berkeperluan khas
- Kaunseling remaja dan seksualiti
- Proses pencegahan, intervensi dan motivasi belajar
- Latihan dan Kemahiran kaunselor sekolah

2. Psikologi kaunseling dan terapi
- Teori, program dan pengalaman mendiagnosis, merawat dan memulih
klien
- Aspek terapi dan kaedah-kaedah terapi seperti hipnotism, yoga dan
sebagainya

3. Kaunseling perkahwinan, keluarga dan kanak-kanak
- Perkhidmatan kaunseling dalam aspek perkahwinan, perceraian,
keganasan rumahtangga
- Isu penderaan kanak-kanak, mangsa rogol, kesedihan kerana kematian,
anak yatim, wanita mengandung luar nikah
- Kaunseling pengurusan kredit
- Aplikasi kaunseling keluarga dalam mencegah dan merawat klien

4. Kaunseling keagamaan
- Program-program kaunseling keagamaan
- Intervensi keagamaan bagi memulih dan merawat pelbagai masalah
seperti ketagihan dadah, penyakit kronik, histeria, kecenderungan
membunuh diri dan sebagainya.

5. Kaunseling dalam Kesihatan Mental
- Kaunseling kesihatan mental
- Isu kemurungan, trauma, kecacatan otak
- Kaunseling warga emas dan ibu tunggal

6. Bimbingan dan kaunseling kerjaya
- Perancangan kerjaya pelajar-pelajar di sekolah dan institusi pengajian
tinggi
- Perancangan kerjaya pekerja-pekerja di sektor awam dan swasta serta
membuat keputusan kerjaya dan pembelajaran sepanjang hayat

7. Kaunseling genetik
- Kaunseling kepada ibubapa yang mempunyai anak-anak kurang upaya,
cacat semasa dilahirkan, autism, ADHD, talasemia, cerebral palsy dan
sebagainya

8. Kaunseling di tempat kerja / organisasi
- Meliputi kaunseling dalam aspek meningkatkan produktiviti kerja,
hubungan rakan sekerja, gangguan seksual di tempat kerja, tekanan kerja
dan sebagainya9. Kaunseling Penyalahgunaan Dadah
-Merangkumi aspek pencegahan dan pemulihan dadah, pendekatan rawatan matrik untuk penagih dadah, modul rawatan dan pemulihan dadah, kementerian dan agensi-agensi yang terlibat seperti KDN, PDRM, AADK, PEMADAM dan sebagainya.
10. Intervensi Krisis
-Menjalankan intervensi krisis/trauma akibat kematian orang tersayang, mengalami bencana yang tidak diduga seperti tsunami, peperangan, tanah runtuh dan sebagainya. Membincangkan langkah-langkah dan praktis khusus untuk membantu masyarakat menghadapi krisis.

Kaunseling Di Tempat Kerja

Kaunseling Di Tempat Kerja

Sebagai suatu profesion, kaunseling mempunyai falsafah dan nilainya yang tersendiri. Jika dapat digalakkan semua human resource organisasi dan industri mengamalkan dan menghayati mesej puisi berikut, insya-Allah mereka akan berupaya mengecap kepuasan kerja dan kebahagiaan. Kepuasan kerja dan kebahagian pula menjamin kesejahteraan, dan kesejahteraan biasanya dikaitan dengan personal well-being yang berkait rapat dengan peningkatan motivasi dan produktiviti pekerja.
I expect to pass
this way but once;
any good there fore
that I can do,
Or any kindness that I can
Show to any fellow creature
let me do it now,
Let me not defer or
neglect it,
For I shall not pass
this way again.
(Etienne De Grellet)
Seterusnya, perlu diadakan Employyee Assistance Program (EAP).
".......an EAP is a programatic intervention at the workplace, usually at the level of the individual employee, using behavioral science knowledge and the methods for the regognition and control of certain work and non-work related problems (notably alcoholism, drug abuse and mental health) which adversely affect job performance, with the objective of enabling the individual to return to making his or her full work contribution and to attaining full functioning in personal life.
(Gammie; 1997:67)
Melalui program ini juga diwujudkan jawatan kaunselor profesional dalaman bagi:
a) mengendalikan kaunseling individu, kelompok, perkahwinan, dan keluarga;
b) merancang dan mengendalikan program-program pengembangan diri, dan perkembangan profesional;
c) membuat rujukan kepada profesional luar;
d) merancang dan melasanakan action research serta penilaian berkala;
e) membantu organisasi dan industri dalam kerja perundingan, bukan sahaja bagi menolong pekerja, bahkan
organisasi pada tahp penubuhan, maintainance, decline dan krisis.
Langkah memupuk penghayatan nilai kaunselor profesional dalam kalangan human resource juga penting. Antara nilai yang perlu dipupuk ialah:
  • keterbukaan
  • amanah
  • komited
  • approachability
  • kemesraan
  • menghormati / menghargai orang lain
  • kejujuran
  • keikhlasan
  • empati
  • altruisme
  • bersih (hati, fikiran, perlakuan)
  • caring
  • kesabaran dan tolerans
  • reda (look up; look down)
  • berimam
Akhir sekali, Panel Kaunselor yang sama seperti Panel Perubatan yang sedia ada pada masa kini perlu diwujudkan. Dengan adanya Akta 580 dalam Akta Kaunselor Malaysia, 1998, proses ini menjadi lebih mudah. Kewujudan Panel Kaunselor dapat menyediaan kepakaran yang berbeza mengikut keperluan klien kerana kaunselor dalaman mungin mempunyai kepakaran dan kemahiran yang terbatas. Satu perkara lagi ialah klien mungkin berasa kerahsian akan lebih terjamin apabila mereka berjumpa Panel Kaunselor. Di samping itu, penggunaan khidmat kaunselor luar dapat mengurangkan rasa kurang selesa klien berbanding dengan penggunaan khidmat kaunselor dalaman yang mungin masih tebal dengan stigma tentangnya.

KENALI TOKOH KAUNSELING

KENALI TOKOH KAUNSELING : Profesor Dr. Othman Mohamed


Profesor Dr. Othman Mohamed ialah seorang Profesor dalam bidang Bimbingan dan Kaunseling di Universiti Putra Malaysia. Kepakarannya adalah dalam bidang Penyeliaan Kaunselor dan Kaunseling kerjaya. Beliau telah menerbitkan lebih 100 penulisan akademik di dalam pelbagai penerbitan dan aktif dalam memperkasakan penjelajahan keilmuan kaunseling melalui penyelidikan. Beliau juga terlibat dalam perundingan dengan Kementerian Pelajaran, Malaysia; Kementerian Kesihatan Malaysia; dan dengan Kementerian Pendidikan, Negara Brunei Darussalam. Beliau juga bersama dengan rakan sejawat terlibat dengan penyelidikan di Negara Brunei Darussalam; Lesotho, Afrika; United Kingdom dan di Amerika Syarikat.
Profesor Othman telah memenangi beberapa anugerah seperti Anugerah Penulisan Karya Asli Terbaik bagi Buku untuk Sains Sosial dan Kemanusiaan tahun 2002. Buku tersebut bertajuk Prinsip Psikoterapi dan Pengurusan dalam Kaunseling dan buku Penulisan Tesis dalam bidang Sains Sosial Terapan diterbitkan oleh Penerbit Universiti Putra Malaysia.
Profesor Othman juga sebagai seorang pencipta permainan kerjaya memenangi Pingat Gangsa untuk rekaciptanya: The Matrix Jobs Game di Pertandingan Inventions/Innovations pada tahun 2002 anjuran Kementerian Sains, Teknologi dan Alam Sekitar. Kini beliau sedang memperkasakan permainan kerjaya The Career Globe Challenge.
Profesor Othman Mohamed ialah seorang Kaunselor Berdaftar dan mempunyai Perakuan Amalan Kaunselor. Beliau juga merupakan ahli seumur hidup dan ahli pengasas Persatuan kaunselor Malaysia (PERKAMA). Semasa ini beliau ialah wakil bagi International Association for Vocational and Educational Guidance yang bernaungan di bawah UNESCO.
Bagi menghargai sumbangannya dalam bidang penyelidikan dan penerbitan kaunseling di arena antarabangsa, beliau dianugerahkan the ACES International Award for the Contributions in Counselling at the International Field pada tahun 1999.
Professor Dr. Othman Mohamed is a Professor of Guidance and Counselling at Universiti Putra Malaysia. He is an expert in Counsellor Supervision and Career Counselling. He has produced over 100 academic writings in various publications and is active in enhancing new frontiers of counselling knowledge through research. Also, he has done consultancy work with the Ministry of Education, Malaysia; the Ministry of Health, Malaysia and with the Ministry of Education, Negara Brunei Darussalam. He has also conducted research with collegues in Negara Brunei Darussalam; Lesotho, Africa; the United Kingdom and the United States of America.
He has also won numerous awards including the Universiti Putra Malaysia’s Award for the Best Original Creative Book for the Social Sciences and Humanities category in 2002. The book is entitled "Principles of Psychotherapy and Management in Counselling" and "Thesis Writing in the Area of Applied Social Sciences" published by the Universiti Putra Malaysia Press.
Professor Othman is also an inventor of career games winning the BRONZE MEDAL for an invention on a career game: THE MATRIX JOBS GAME at the November 2002 INVENTIONS/INNOVATION COMPETITION held in Kuala Lumpur by The Ministry of Science, Technology and the Environment of Malaysia. Currently, he is enhancing the development of a career game The Career Globe Challenge.
Professor Othman Mohamed is a registered certified counsellor practitioner. He is also a life and founder member of the Persatuan Kaunseling Malaysia (PERKAMA), a professional counselling association in Malaysia.
Professor Othman is currently the Malaysian representative for the International Association for Vocational and Educational Guidance affiliated with UNESCO.

For his contributions in research and publication at the international arena, he was recognized on April 1999 by the Association for Counselor Education and Supervision (ACES -- affiliate of the American Counseling Association) the ACES International Award for Contributions in Counselling at the International Field.
Sumber : http://www.educ.upm.edu.my/direktori/othman_m.htm

KENALI TOKOH KAUNSELING

KENALI TOKOH KAUNSELING : Y. Bhg. Prof. Emeritus Dato’ Dr. Abdul Halim Othman

Abdul Halim Othman, lahir di negari Kedah Darul Aman, pada 14 September 1938. Beliau menerima pendidikan awal di Sekolah Melayu Gurun, Kedah 1944-1948, dan melanjutkan pendidikan menengah di Kolej Sultan Abdul Hamid, Alor Setar, Kedah sehingga tingkatan 3, pada tahun 1953. Kemudian beliau menyertai Federation Military College, Port Dickson (Royal Millitary College, Sg Besi.) Pada tahun 1954 dan lulus setahun kemudian, dengan 5 pendidikannya. 

Kerjaya akademiknya bermula tahun 1958, ketika beliau terpilih untuk bergabung dengan Malayan Teachers College, Brinsford College, United Kingdom. 
Setahun kemudian, beliau memasuki 'Summer School' (Psikologi) di Boston University, Amerika Syarikat dan pada tahun 1967, beliau berdaftar di universiti Hawaii, Honolulu, Amerika Syarikat dan lulus dalam Sarjana Muda Psikologi pada tahun 1970. Pada tahun berikutnya, beliau menerima Sarjana dalam Sarjana Pendidikan (Psikologi) dari universiti yang sama. Beliau menyelesaikan Master of Science (Psikologi Pendidikan) di Indiana University, USA dan dianugerahkan Gelaran Doktor Pendidikan dalam Psikologi Kaunseling pada tahun 1979 dari universiti yang sama. 

Beliau memulakan kerjayanya sebagai seorang ahli akademik ketika dilantik sebagai pembantu pensyarah psikologi di Jabatan Antropologi dan Sosiologi, UKM pada tahun 1971. Pada tahun 1974, beliau dilantik sebagai pensyarah dalam bidang psikologi di Jabatan Psikologi, yang merupakan jabatan pertama psikologi di institusi pendidikan tinggi di Malaysia. 
Pada tahun 1980, beliau dilantik sebagai Associate Professor dalam Psikologi dan pada tahun 1986, beliau dinaikan pangkat menjadi Profesor penuh dalam Kaunseling Psikologi di Jabatan Psikologi, UKM. Beliau menjawat jawatan sebagai Profesor di Sekolah Psikologi dan Kerja Sosial, UMS dari tahun 1996 hingga 2003. Pada 14 Ogos 1999 beliau menyampaikan pidato Guru Besar pertama yang pernah pengukuhan UMS, 'Kaunseling untuk Pembangunan Manusia: Sebuah Pengalaman Malaysia'. Beliau kemudian dilantik sebagai adjunct Professor di UKM dari tahun 2006 hingga 2008.

Abdul Halim Othman mempunyai rekod teladan tidak hanya sebagai ahli akademik, tetapi juga sebagai pentadbir. 
Pada peringkat universiti, ia menduduki berbagai posisi senior seperti Ketua Jabatan, Timbalan Dekan, Dekan dan Timbalan Naib Canselor (Student Affairs) di UKM dari 1972 hingga 1996. Jawatan terakhir sebagai pentadbir iaitu sebelum bersara adalah sebagai Dekan Fakulti Psikologi dan Pekerjaan Sosial, UMS dari tahun 1996 hingga 2003. Beliau juga dilantik untuk berada di beberapa jawatankuasa sementara di UMS. 
Beliau adalah Ketua untuk Jawatankuasa Pembentukan Sekolah Sains UMS Sosial, pada tahun 1995; Senat Perwakilan di Jawatankuasa untuk Staff Staf Perkhidmatan Promosi / Panitia Seleksi Akademik, Pengerusi Jawatankuasa Etika Akademik dari tahun 1998-2001. Kini, beliau merupakan Fellow akademik insaniah dan pensyarah bagi bidang Sarjana Kaunseling di Kolej Universiti Insaniah, Kedah. 
Abdul Halim Othman masih aktif dan terlibat dalam badan profesional peringkat antarabangsa. 
Di antaranya, Beliau adalah ahli penuh dalam American Association of Counseling and development (1980-sekarang); ahli Antarabangsa Persidangan Meja Bulat untuk Kemajuan Kaunseling (1982-sekarang); ahli New York Academy of Sciences (1986 - sekarang). Dia juga Ahli Dewan dari Persatuan Psikologi dan Pendidikan canselor dari Asia (1986-1988) dan Timbalan Presiden Afro-Asia Psikologi Association (AAPA) dari 1992-1994. 

Pada peringkat kebangsaan, dia menduduki jawatan penting, antaranya sebagai anggota dewan dan Presiden Persatuan Kaunseling Malaysia (Perkama) dari 1988-1992, dan kemudian terpilih sebagai Presiden, Persatuan Psikologi Malaysia dari tahun 1989-1991. 
Dia adalah seorang ahli Kaunseling Majlis Kebangsaan dan ahli-ahli dewan, Lembaga Kaunselor Pertama 1998-2000. 
Beliau juga adalah Naib Commander (Leftenan Kol.), PALAPES, UKM (1984-1994) dan masih merupakan anggota dari Perkama sejak Julai 1993. 

Sebagai Akademis, beliau berjaya menyelia banyak mahasiswa pasca-sarjana termasuk 10 calon doktor Falsafah dan menyelia dari berbagai peringkat dan program-program seperti Advanced Diploma dalam Psikologi, UKM dan Master di bidang Pentadbiran Perniagaan. Beliau juga diamanahkan untuk mengawasi pelajar luar negeri, antara lain dari Western Michigan University dan Indiana University, khususnya di bidang Bimbingan dan Kaunseling bagi pelajar praktikal. 
Di bidang penyelidikan dan penerbitan, Abdul Halim Othman telah terlibat secara langsung dengan universiti tempatan dan luar negeri serta jabatan kerajaan.
Beliau telah menerbitkan lebih daripada 26 kertas sejak 1972. Beliau juga membentangkan hasil kajian dalam pelbagai persidangan, seminar, dan bengkel.Beliau juga menulis sejumlah buku dan sumbangannya telah diterbitkan dalam jurnal tempatan dan antarabangsa serta majalah. Sementara di UMS beliau telah menghasilkan 7 kertas kajian (1996-2001) dan 29 pembentangan kertas kerja1997-20001, 4 kertas teknikal dan 11 artikel yang ditulis oleh beliau yang diterbitkan dalam jurnal akademik, sebuah kompilasi esei dan 2 buku. Selain itu, kesediaannya untuk bekerja dengan orang lain dan berkongsi pengetahuan yang luas dan kemahiran telah memuncak dalam penerbitan kertas secara bersama. 

Beliau adalah ketua penerbit untuk Jurnal Perkama (1984-2002); Malaysia Jurnal Psikologi (1985-1994) dan Jurnal Pelajar Personelia (1989-1991); Editor untuk Prosiding Persidangan Pengetua Asrama Institusi Pengajian Tinggi di Malaysia; Editor Penasihat untuk International Journal of Advancement on Counseling (1989-sekarang); Dewan Editor untuk Indiana Journal of Personality and Clinical Studies (1985-1991) dan Editor Consulting Editor for Pakistan Journal of Psychology Research (1992). 
Abdul Halim Othman juga menerima beberapa penghargaan negara dan kebangsaan.Pada peringkat negara, beliau dianugerahkan Darjah Setia Negeri Sembilan oleh DYMM Yang Dipertuan Besar Negeri Sembilan, pada Julai 1986; Dato 'Setia Di Raja Kedah oleh DYMM Sultan Kedah, pada bulan Januari 1988; Johan Mangku Negara oleh DYMM Yang Dipertuan Agong, pada bulan Jun 1990. 

Dato 'Abdul Halim Othman adalah seorang ahli akademik yang berjaya di dalam bidangnya. Dari latar belakang keluarga miskin, dia sangat bertekad untuk mencari ilmu dengan cara apapun yang mungkin. Dalam kalangan pensyarah muda, beliau dianggap sebagai figur ayah, mentor, sangat disukai dan dihormati kerana keperibadiannya. Diantara rakan, nasihatnya sering dicari dalam berbagai hal. Beliau benar-benar adalah salah seorang antara pelopor psikologi di Malaysia.

Abdul Halim Othman, was born in the state of Kedah Darul Aman, on the 14thSeptember 1938. He received his primary education at Sekolah Melayu Gurun, Kedah from 1944 to 1948, and continued his secondary education at Sultan Abdul Hamid College, Alor Setar, Kedah until Form 3, in 1953. He Joined Federation Military College, Port Dickson (Royal Military College, Sg. Besi) in 1954 and graduated a year later, with his 5 education.
His academic career began in 1958, when he was selected to join the Malayan Teachers College, Brinsford College, England. A Year later, he entered ‘Summer School’ (Psychology) at Boston University, USA and in 1967, he enrolled at university of Hawaii, Honolulu, USA and graduated with a Bachelor Degree in Psychology in 1970. The following year, he received his Master’s Degree in Education (Psychology) from the same university. He completed his Master of Science (Educational Psychology) at Indiana University, USA and was awarded the Degree of Doctor of Education in Counseling Psychology in 1979 from the same university.
He started his career as an academician when he was appointed as assistant lecturer in psychology at the Department of Anthropology and Sociology, UKM in 1971. In 1974, he was appointed as a lecturer in psychology at the Department of Psychology, which was the first department of psychology in higher education institution in Malaysia. In 1980, he was appointed as Associate Professor in Psychology and in 1986, he was promoted to full Professor in Counseling Psychology at Department of Psychology, UKM. He served as Professor at the School of Psychology and Social Work, UMS from 1996 until 2003. On the 14th of August 1999 he delivered the first ever inaugural professorial speech at UMS, entitled ‘Counseling for Human Development: A Malaysian Experience’. He was appointed as an Adjunct Professor at UKM from 2006 until 2008.
Abdul Halim Othman has an exemplary record not only as an academician, but also as an administrator. At university level, he held several senior positions such as Head of Department, Deputy Dean, Dean and Deputy Vice-Chancellor (Student Affairs) at UKM from 1972 until 1996. His final administrative post before he retired was as Dean of School of Psychology and Social Work, UMS from 1996 until 2003. He was also appointed to be on several committee while at UMS. He was the Chairperson for the Committee for the Establishment of UMS Social Science School, in 1995; Senate Representative on the Committee for Staff Service Promotion/Academic Staff Selection Committee; Chairman for the Academic Ethical Committee from 1998-2001.
Abdul Halim Othman is still actively involved in international level professional bodies. Among them, he is a full member of the American Association of Counseling and Development (1980-now); member of the International Round Table Conference for the Advancement of Counseling (1982-now); member of New York Academy of Sciences (1986-now). He was also the Council Member of the Association of Psychology and Education Counselor of Asia (1986-1988) and the Vice President of Afro-Asia Psychology Association (AAPA) from 1992-1994.
At national level, he held several important posts, such as council member and President of Persatuan Kaunselor Malaysia (PERKAMA) from 1988-1992, and later was elected as President, Persatuan Psikologi Malaysia from 1989-1991. He was a member of Majlis Kaunseling Kebangsaan and board member, Lembaga Kaunselor Pertama from 1998-2000. He was Deputy Commandant (Lt. Kol.), PALAPES, UKM (1984-1994) and still is a member of PERKAMA since July 1993.
As an Academician, he successfully supervised numerous post-graduate students including 10 Doctor of Philosophy candidates and supervised students from various levels and programs such as Advanced Diploma in Psychology, UKM and Master in Business Administration. He was also entrusted to supervise overseas students, among others from Western Michigan University and Indiana University, especially in the field of internship and degree Guidance and Counseling.
In the area of research and publication, Abdul Halim Othman has been involved directly with local and overseas universities as well as government departments. He has published more than 26 papers since 1972. He has also presented the findings of his research in various conferences, seminars, and workshops. He has also written a number of books and his contributions have been published in local and international journals and magazines. While at UMS he had produce 7 research papers (1996-2001) and 29 working papers presented between 1997-20001, 4 technical paper and 11 articles authored by him which were published in academic journals, a compilation of essays and 2 books. In addition to this, his willingness to work with others and share his vast knowledge and expertise has culminated in the publication of numerous jointly authored papers.
He was the Editor-in-Chief for Jurnal PERKAMA (1984-2002); Jurnal Psikologi Malaysia (1985-1994) and Jurnal Personelia Pelajar (1989-1991); Editor for Prosiding Persidangan Pengetua Asrama Institusi Pengajian Tinggi di Malaysia; Advisory Editor for International Journal of Advancement on Counseling (1989-now); Board Editor for Indiana Journal of Personality and Clinical Studies (1985-1991) and Consulting Editor for Pakistan Journal of Psychology Research (1992).
Abdul Halim Othman was also the recipient of a number of state and national awards. At state-level, he was conferred Darjah Setia Negeri Sembilan by DYMM Yang Dipertuan Besar Negeri Sembilan, in Julai 1986; Dato’ Setia Di Raja Kedah by DYMM Sultan Kedah, in January 1988; Johan Mangku Negara by DYMM Yang Dipertuan Agong, in June 1990.
Dato’ Abdul Halim Othman is undoubtedly a successful academician in his field. From a poor family background, he was very determined to seek knowledge by whatever means possible. Among younger lectures, he is regarded as a father figure, mentor, well-liked and respected because of his personality. Among peers, his advice is frequently sought in various matters. He truly is one was the pioneers of psychology in Malaysia.