Ahad, 19 Jun 2011

Prinsip Gestalt: Memahami Fenomena Visual

Prinsip Gestalt: Memahami Fenomena Visual

Dalam proses berpikir reproduktif, manusia secara sadar memiliki kecenderungan untuk mengaitkan antara bagian yang satu dengan yang lain dan berusaha memecahkan masalah serta menemukan makna atau arti, konsep, tujuan bagian tersebut secara keseluruhan. Hal itu dikemukakan oleh Max Wertheimer yang merupakan salah satu tokoh psikologi gestalt.

Berbeda dengan psikologi strukturalisme yang menganalisis proses mental sebagai sensasi pelengkap, gestalt menekankan pada properti, kesatuan, dan konteks.

Psikologi gestalt berdasarkan pada kecenderungan manusia untuk memahami fenomena visual secara menyeluruh daripada memahaminya secara sebagian. Pada tahun 30-an dan 40-an, psikologi gestalt diterapkan pada persepsi visual oleh Max Wertheimer, Wolfgang Köhler, and Kurt Koffka yang memperkenalkan pendekatan gestalt pada persepsi bentuk.

Hukum Pragnanz adalah prinsip fundamental psikologi Gestalt yang mengatakan bahwa kita cenderung mengatur pengalaman dalam cara yang teratur, simetris, dan sederhana.

















Desain: Siegelgale

Daripada melihat logo di atas sebagai objek atau bentuk yang kompleks, kita lebih cenderung melihatnya secara sederhana yaitu dua buah segitiga yang saling bertabrakan satu sama lain.

Dalam perkembangan selanjutnya, psikolog gestalt berusaha mengembangkan hukum pragnanz yang kemudian sering disebut dengan hukum gestalt.

Law of Closure
Hukum ini berasumsi bahwa kita secara perseptual cenderung menutup, melengkapi objek yang tidak utuh dengan tujuan untuk meningkatkan keteraturan dan kestabilan.

















Biro Iklan: McCann Erickson

Walau objek sebenarnya terdiri dari kumpulan teks yang terpisah beberapa bagian, namun penglihatan kita berusaha menutup bagian teks yang terpisah tersebut dan mengartikan objek yang telah tertutup sebagai simbol palang merah.

Law of Similarity
Objek atau elemen yang sama terlihat sebagai satu kelompok yang ditentukan oleh kesamaan bentuk, warna, arah, dan ukuran.

















Desain: Id.Brand

Pada logo di atas terjadi dua pengelompokan yaitu bagian atas dan bawah. Walau terdapat beberapa perbedaan bentuk dan nilai warna, kita cenderung mempersepsikan objek bagian atas sebagai satu kelompok. Hal tersebut terjadi karena perbedaan tidak terlalu signifikan dan adanya kesamaan karakter antara objek satu dengan yang lain. Sementara kelompok bagian bawah, objek yang terotasi mempunyai kesamaan bentuk dan warna.

Law of Proximity
Sebuah pengelompokan yang terbentuk karena adanya hubungan objek-objek yang saling berdekatan secara keruangan.




















Biro Iklan: TBWA

Pandangan mata pertama kali akan tertuju pada objek-objek, walau berbeda dalam bentuk, yang saling berdekatan dan pikiran akan mempersepsikan sebagai objek yang berdekatan tersebut sebagai satu kelompok. Law of proximity berguna untuk menciptakan hierarki visual yaitu mengarahkan pandangan mata secara berurutan menurut tingkat kepentingan informasi.

Law of Simmetry
Sebagian besar objek dapat dibagi dalam dua bagian yang kurang lebih simetris. Misalnya ketika melihat dua objek simetris yang tidak berhubungan, kita cenderung mempersepsikan objek tersebut sebagai satu kelompok yang terintegrasi. Semakin mirip objek, maka semakin kuat kecenderungan objek untuk dikelompokkan.

















Desain: LeBoYe Design

Terdapat beberapa elemen dalam logo di atas yang mempunyai perbedaan derajat kemiringan antar objek pada masing-masing sisinya, kecuali satu objek bagian tengah. Secara tidak sadar kita melihatnya sebagai satu kelompok simetris yang tidak terpisahkan karena adanya kesamaan bentuk.

Law of Continuity
Objek visual dapat disusun sedemikian rupa sehingga dapat mengarahkan pandangan mata mengikuti arah tertentu.

















Desain: Landor

Beberapa kelompok lingkaran (dot) menciptakan ilusi optis berupa gerakan ritmis yang dapat mengarahkan pandangan mata ke arah tertentu.

Law of Common Fate
Elemen-elemen yang bergerak dengan arah yang sama akan dipersepsikan sebagai satu kelompok.

















Desain: Duffy & Partners

Logo di atas terdiri dari objek yang mempunyai variasi bentuk, namun kita mempersepsikannya sebagai satu kelompok karena objek-objek tersebut mempunyai orientasi atau arah yang sama, yaitu miring secara diagonal.

Figure-Ground 
Memahami ruang positif (figure) dan ruang negatif (ground) merupakan salah satu cara mengenali perbedaan antara objek satu dengan yang lain. Figure-ground adalah bentuk dari multistablitas (multistability) yaitu kecenderungan pengalaman perseptual yang ambigu dalam melihat objek yang terlihat muncul ke depan atau ke belakang.

















Desain: The Bradford Lawton Design

Jika kita perhatikan dengan seksama, logo di atas menggambarkan seekor sapi dengan seekor beruang di antara kedua kaki sapi. Yang perlu dipahami yaitu kita tidak bisa melihat figure dan ground secara bersamaan. Ground bisa menjadi figure jika kita mengalihkan fokus, demikian juga sebaliknya yang disebut dengan pembalikan ruang positif dan negatif (figure-ground reversal).

Tiada ulasan:

Catat Ulasan